“Ukir Prestasi, Raih Jati Diri Dengan Usaha, Rasa Cinta, dan Penuh Keikhlasan Kepada-Nya [U Can, If U Think U Can]"

Tuesday, July 29, 2008

Nuklir Iran, Sebuah Konspirasi Politik

Pendahuluan
Kebutuhan energi abad ini merupakan permasalahan yang esensial di tengah menipisnya sumber daya alam yang ada. Sehubungan dengan hal di atas, pembangunan berkelanjutan merupakan sebuah isu global dalam menjaga kelangsungan hidup, kaitan dengan keterbatasan sumber daya alam, dan pengaruh penggunaan sumber energi tersebut terhadap lingkungan. Salah satu bentuk pembangunan berkelanjutan adalah program teknologi nuklir.
Teknologi nuklir dapat dikembangkan menjadi energi alternatif dan dapat dimanfaatkan sebagai energi listrik sehingga bisa menjadi kontributor yang kompetitif dengan sumber energi listrik lainnya seperti batu bara, minyak, gas, air, dan lainnya. Awal dari renaissance teknologi nuklir untuk saat ini dan masa datang ditandai dengan kemajuan Non Proliferation Treaty (NPT) dan penghargaan Nobel sebagai penghargaan internasional bagi kemajuan International Atomic Energy Agency (IAEA).
Masih hangat di pikiran kita, program nuklir Iran yang menjadi sorotan pada beberapa tahun belakang yang kemudian menjadi isu hangat beberapa waktu ke depan dikarenakan niat Iran untuk melanjutkan program nuklirnya. Ada dua hal yang menjadi manfaat atas program nuklir Iran yang masih kontroversi. Pertama adalah hak pengembangan ilmu dan teknologi serta pemenuhan kebutuhan energi. Kedua adalah isu yang telah lama menjadi momok yang berkaitan dengan kepentingan politik khususnya politik perang dengan memanfaatkan teknologi nuklir untuk kepentingan produksi senjata nuklir. Atas ulasan inilah permasalahan nuklir Iran yang berhubungan dengan strategi politik Iran sangat menarik untuk dibahas lebih jauh.

Program Nuklir Adalah Hak
Pengembangan energi nuklir untuk tujuan sipil seperti reaktor nuklir pembangkit energi dimulai secara intensif setelah konferensi genewa On The Peaceful Uses Of Atomic Energy yang di sponsori oleh PBB tahun 1955. Pengembangan nuklir dalam pengayaan uranium dibagi menjadi dua pengertian yang pertama Low Enriched Uranium (LEU), dimana kadar persentase pengayaan uraniumnya lebih kecil dari 20 persen dan Highly Enriched Uranium (HEU), dengan persentasi pengayaannya lebih besar dari 20 persen. Meskipun dalam weapon grade atau pengayaan uranium untuk produksi senjata diperlukan lebih dari 90 persen, akan tetapi karena adanya potensi menggunakan lebih kecil grade-nya bisa digunakan untuk hulu ledak, maka untuk reactor grade dibatasi hanya dibawah 20 persen pengayaan.
Proses pengayaan uranium ini sebenarnya sudah dimiliki oleh beberapa negara yang mempunyai pembangkit nuklir untuk keperluan reactor grade, seperti AS, Jerman, Prancis, Inggris, Rusia dan Cina. Secara prinsip teknologi ini bisa juga digunakan untuk mengembangkan weapon grade, dengan menggunakan metode gas centrifugal. Kontradiksi yang terjadi adalah problematika yang dihadapi Iran akan permasalahan pengembangan tenaga nuklir sehingga melahirkan beberapa resolusi. Resolusi 1803 kali ini merupakan resolusi ketiga DK PBB. Dua sebelumnya adalah Resolusi DK PBB 1747 (2007) dan Resolusi DK PBB 1737 (2006), yang telah meminta Iran pada awalnya untuk memverifikasi program nuklirnya dan kemudian berkembang menjadi penghetian aktivitas pengayaan uranium.
Sebagai salah satu negara penandatangan NPT, sesuai ketentuan dalam traktat tersebut, Iran sesungguhnya memiliki hak untuk menggunakan teknologi nuklir untuk kepentingan damai. Dan itu sudah dilakukan oleh Iran sejak tahun 1950-an, dan itupun atas bantuan AS. Untuk bantuan itu, AS bahkan mendapatkan keuntungan lebih dari 6 milyar US dollar. Mestinya tindakan Iran itu tidak boleh dipersoalkan, apalagi faktanya ada sejumlah negara di Asia seperti India, Pakistan, Korea Utara dan Israel yang bahkan telah mengembangkan senjata nuklir. Sesuatu yang sebenarnya bertentangan dengan butir-butir ketentuan dalam NPT yang menyebut bahwa negara yang boleh memiliki senjata nuklir hanya 5 negara yaitu AS, Jerman, Prancis, Inggris, Rusia dan Cina. Mengapa terhadap Iran yang mengembangkan teknologi nuklir untuk kepentingan damai (penyediaan pasokan listrik 6000 MW untuk pengembangan industrialisasi Iran) sanksi dijatuhkan, sementara terhadap sejumlah negara, khususnya Israel yang telah memiliki lebih dari 200 hulu ledak nuklir, dibiarkan saja? Nyata sekali bahwa dengan Resolusi 1747 itu, DK PBB telah bertindak tidak adil.
Oleh karena itu mengapa program nuklir Iran harus dihentikan? Dan juga mengapa AS dan sekutu Uni Eropanya mendorong pemberlakukan sanksi PBB yang ketiga terhadap Iran? Kendatipun ada opini di public yang mengutarakan meskipun Iran menyebutkan hanya untuk tujuan pembangkit listrik dan tidak akan diteruskan menjadi proyek senjata dengan meninggikan pengayaan uraniumnya, akan tetapi beberapa kalangan mensinyalir bahwa dengan reactor grade saja dapat diproses menjadi bom, akan ketakutan hal tersebut CIA pun menggelar misi rahasia dengan merekrut ilmuwan-ilmuwan nuklir dan para pejabat militer Iran. Itu tentunya untuk menghambat program nuklir di Iran.
Menindak lanjuti opini itulah, IAEA menyatakan Iran masih tetap melanjutkan proyek pengayaan uraniumnya, tapi tidak ditemukan bukti apapun bahwa Iran membuat persenjataan nuklir, seperti yang selama ini dikhawatirkan dan dituduhkan Barat, kemudian ini juga didukung oleh laporan National Intelligence Estimate yang menegaskan bahwa Iran saat ini tidak sedang mengembangkan persenjataan nuklir, Kesimpulan ini tercantum dalam laporan IAEA terbaru tentang program nuklir Iran, yang disampaikan ke Dewan Keamanan PBB dan 35 anggota dewan IAEA pada Senin, 26 Mei 2008. Laporan itu menyebutkan bahwa IAEA tetap bisa membuktikan bahwa tidak ada pengalihan dari penggunaan material nuklir di Iran. Iran juga dinilai telah memberikan akses pada IAEA untuk mengetahui material nuklir yang dimiliki Iran serta menyediakan laporan-laporan pembukuan material yang diminta IAEA. Selanjutnya, AS dan Israel pun tidak dapat membuktikan bahwa Iran bersalah dalam proses pengayaan uraniumnya.
Kemudian, Paul Rogers, Profesor di Universitas Bradford dan Global Security Consultant to Oxford Research Group menyatakan, program nuklir Iran sudah sesuai hukum dan sudah memenuhi aturan dan ketetapan internasional. Menurutnya, negara-negara yang menyatakan tidak akan membuat senjata nuklir, dibolehkan untuk membuat program nuklir di bawah kontrol dan supervisi IAEA. Sejak. Dengan demikian, program nuklir Iran adalah sebuah hak dan untuk damai dan sipil, bukan untuk pemusnah massal tukas Mahmoud Ahmadinejad, hal ini dipertegas dengan pernyataannya bahwa Iran ingin mengoperasikan pengayaan uranium berskala industri dengan 54 ribu mesin pemutar nuklir (centrifuge) serta siap membagi ilmu dan manfaat kepada negara lain.


Situasi Politik Atas Nuklir Iran
Polemik program nuklir Iran juga berimbas pada isu politik yang terjadi di negara tersebut terutama yang sangat gencar dilakukan oleh AS dan beberapa negara Eropa. Terkait dengan isu politik, ada beberapa hal yang menjadi catatan permasalahan politik bagi Iran. Pertama, seperti dikatakan Vice Minister in Press and Publicity Affairs Ministry of Culture and Islamic Guidance, SM Sohofi. Ia meragukan bahwa teknologi nuklir menjadi alasan utama ''serangan'' AS terhadap Iran. Alasan bisa apa saja, yang penting tujuannya. Tujuan itu tidak lain: mengganti sistem dan pemerintahan Iran. Inilah yang juga terjadi di Irak.
Kedua, AS sangat membidik sumber minyak yang ada di Iran, hal ini juga diutarakan Presiden Venezuela Hogo Chavez saat bertemu dengan Ahmad Dinejad. Belum lagi dengan posisi geopolitik Iran yang berada di antara Afganistan dan Irak, berbatasan dengan Laut Kaspia, dan terbentang sepanjang teluk, kembali menjadi fokus perhatian internasional belakangan ini
Ketiga, embargo AS atas Iran ternyata tidak membuat negara ini lemah. Di bidang industri, termasuk persenjataan, kalau sebelumnya hanya berkiblat ke AS, kini mereka menjalin kerjasama dengan banyak negara, terutama Eropa Barat, Korea, Jepang, dan Cina. Bahkan kini Iran telah berhasil mendirikan industri otomotif (Iran Khodro) yang merakit mobil Pegeot dan Samand. Yang terakhir ini adalah merk mobil lokal yang 90 persen komponennya buatan Iran, sedangkan Pegeot komponen lokalnya mencapai 70 persen. Industri otomotif Iran ini mampu menghasilkan 550 ribu mobil setiap bulan, yang 98 persennya untuk memenuhi kebutuhan domestik, serta sisanya diekspor ke luar negeri; antara lain Suriah, Senegal, dan Azerbaijan. Bukan hanya itu, Iran kini juga mampu mengembangkan teknologi nuklir untuk kebutuhan listriknya. Jika hal ini dibiarkan, Iran secara diam-diam bisa menjadi “raksasa” industri dan tidak mustahil menjadi negara kuat.
Keempat, serangan AS lebih membidik ke arah ideologi, yaitu melumpuhkan semangat perlawanan Iran atas imperialisme AS. Sejak kudeta yang menjatuhkan Syah Reza Pahlevi, Iran merupakan salah satu dari sedikit negara yang berani melawan hegemoni AS di Timur Tengah. Iran juga terang-terangan mendukung Palestina. Kemudian banyak analis Barat yang mengemukakan bahwa serangan militer AS ke Iran tidak akan efektif. Antara lain, seperti kata Flynt Leverett, analis Timur Tengah yang pernah bekerja untuk National Security Council pada pemerintahan Bush, “Serangan militer terhadap Iran akan membangkitkan semangat perlawanan bangsa Iran terhadap AS dan meningkatkan dukungan terhadap rezim,oleh sebab itulah menjajah Iran dengan isu program nuklir Iran dengan memberikan saran agar Iran diberi sanksi merupakan instrument yang efektif.
Kelima, permasalahan ini termasuk ke dalam domain kompleks keamanan (security complex) dan tirai keamanan (security overlay). Di bawah Mahmoud Ahmadinejad yang menjabat presiden sejak 2005, Barat khususnya AS mengkuatirkan Iran bisa mengoyak tirai keamanan regional yang bagi Barat merupakan garis yang membentengi kompleks keamanan yang di dalamnya menyangkut eksistensi Israel.

Strategi Iran Atas Permasalahan Nuklir
Terkait dengan program nuklir Iran yang banyak mendapat tekanan dari berbagai pihak dan beserta beberapa hal yang digunakan AS untuk menghancurkan Iran, maka kiranya harus ada strategi politik aplikatif yang dapat dijalankan agar Iran berada pada titik aman baik dari segi situasi politik maupun keamanan. Strategi yang kontributif adalah sebagai berikut. Pertama, mensosialisasikan pentingnya program nuklir bagi Iran, sehingga sedemikian gencar dilakukan sampai ke sekolah-sekolah dasar sekalipun. Berhasilnya sosialisasi nuklir membuat langkah pemerintah Iran untuk berkeras kepala di hadapan tekanan Barat dalam melanjutkan proyek nuklirnya, mendapat dukungan menyeluruh dari berbagai lapisan masyarakat.
Kedua, Iran harus menjalin hubungan politik yang baik terhadap negara lain, hal ini sangatlah penting karena dapat membuahkan sebuah dukungan yang berasal dari eks-negara Iran sendiri. Dan sudah barang tentu ini juga akan menjadi pertimbangan PBB dalam mengambil kebijakan terhadap Iran. Ketiga, Iran harus lebih terbuka kepada public atas program nuklir sehingga akan mendapat simpati dari berbagai negara, hal ini bertujuan demi meredamnya isu pengembangan program nuklir sebagai pembunuh massal. Secara tidak langsung ini akan menepis segala macam tuduhan negatif yang ditujukan ke Iran.
Keempat, Iran harus mengeluarkan sebuah project proposal guna terjalinnya kerja sama antara terutama kepada IAEA. Dalam project tersebut Iran menyampaikan kesiapannya untuk bekerjasama di bidang nuklir sebagai bagian dari negara-negara penandatangan perjanjian NPT, serta menjamin tidak adanya penyimpangan dalam program nuklir itu.

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment

Silakan Tinggalkan Pesan di Blog Rian

 
rianprestasi.blogspot.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com