“Ukir Prestasi, Raih Jati Diri Dengan Usaha, Rasa Cinta, dan Penuh Keikhlasan Kepada-Nya [U Can, If U Think U Can]"

Wednesday, November 19, 2008


Perusahaan NIKE menuliskan AIR dengan pelesetan nama ALLAH di sepatu...

Entah apa maunya perusahaan NIKE ini? apakah ingin memunculkan kontrovesi atau kesengajaan untuk melukai hati ummat Islam? Allah, Tuhan Yang Maha Esa dihina lagi, setelah kemarin nabi Muhammad kekasih allah dan ummat Islam ini dihina dengan karikaturnya. Sekarang nama Allah diletakkan di sepatu sebgai tempat kaki manusia. Apakah kita layak diam? Pemboikotan mungkin langkah yang terbaik saat ini atas sepatu ini, dan menyebarkan berita ini adalah bagian dari pemboikotan.

sumber = mastw.blogspot.com

Federasi Teater Indonesia (FTI) tahun 2008 ini akan menyelenggarakan Sayembara Penulisan Naskah Drama Nasional yang terbuka tidak hanya bagi pekerja teater atau para penulis naskah dan pengarang, tapi bagi siapa saja yang memiliki minat untuk menulis naskah drama. Tidak peduli ia aktifis atau pekerja dari kesenian lain atau mungkin bidang atau profesi yang tidak berhubungan sama sekali dengan kesenian (teater).

Sayembara ini juga terbuka lebar bagi warga Indonesia yang berdomisili di luar negeri, tak ada batasan usia, bahkan juga dibebaskan dalam tema, jumlah halaman, termasuk bentuk ungkapannya. Peserta hanya diharapkan menghindari pelecehan SARA dan mengunakan bahasa Indonesia “Naskah memiliki potensi yang penting dalam perkembangan seni teater modern. Inovasi atau pembaharuan data teater dapat bermula disini. Kami mengharapkan muncul naskah-naskah baik yang tidak hanya mengangkat seni teater di Indonesia tapi juga kian mendekatnya pada publik penontonnya sendiri “kata Radar Panca Dahana Pembina FTI tentang latar sayembara ini.

Ketentuan:
  1. Usia bebas, domisili bebas, jumlah halaman bebas, tema bebas, berbahasa indonesia,tidak SARA, original,
  2. Kirimkan karya anda dalam file digital (soft copy), 4 buah dalam bentuk hard copy, poto copy KTP/identitas lainnya, biodata dan surat pernyataan original, belum pernah diterbitkan dan tidak sedang diikutsertakan dalam lomba (bermaterai rp 6000).

Kirimkan ke alamat :
Jln Kebagusan Dalam no 59, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12520. email: ftindonesia@yahoo.com. Telp 021-98275912.

Batas waktu pengiriman 5 Desember 2008 (cap pos)
Tersedia hadiah total Rp. 30 juta rupiah untuk katagori pemenang utama dan 5 terbaik. Para pemenang akan diundang khusus pada malam Refleksi FTI dan Anugerah FTI 2008, 27 Desember 2008, di Taman Ismail Marzuki.

Contact Person:
Olive
Koordinator SPNDN
HP no. 085280383999


Wednesday, November 12, 2008

Open Your Heart


Banyak orang bilang, cinta begitu sulit ditebak. Ia bagaikan burung yang menari-nari disekeliling kita, mengepakkan sayapnya yang penuh warna, memikat dan menarik hati kita untuk menangkapnya. Saat kita begitu menginginkan cinta dalam genggaman, ia terbang menjauh. Namun saat kita tidak mengharapkan, cinta hadir tanpa diundang. Kitapun tidak bisa memaksakan cinta sekehendak hati kita. Memang, cinta adalah fenomena hati yang sulit dimengerti.

Sebenarnya kita tidak perlu memeras otak terlalu keras untuk mengerti cinta. Bahkan semakin keras kita memikirkan cinta, maka semakin lelah pula kita. Cinta adalah untuk dirasakan, bukan dipikirkan. Yakinlah bahwa cinta yang kita inginkan akan datang pada saat yang tepat. Namun bukan berarti kita hanya duduk menanti cinta.


Sebarkanlah cinta pada keluarga, sahabat-sahabat kita dan sesama. Dengan memberikan cinta, maka kita telah ”mengundang” cinta untuk datang. Kita hanya perlu membuka hati. Biarkan kecantikan hati kita memancar, mempesona cinta-cinta yang terbang disekeliling kita hingga akhirnya hinggap dan bersemayam di hati selamanya.


Open your heart, then it will find its own way...

Telah dibuka pendaftaran gelombang II untuk Program Magister Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung angkatan 2008 untuk Bidang Khusus Teknologi Media Digital & Game s.d. 24 Oktober 2008 bagi sarjana jurusan teknik dan sains. Program akan dijalankan selama 18 bulan (Februari 2009 s.d. Juli 2010) dengan didahului oleh tahap matrikulasi November s.d. Desember 2008 bila diperlukan). Program dilaksanakan dengan berbagai skema:

Skema Umum dan Skema Beasiswa Unggulan 2008 BPKLN Depdiknas
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
Bpk. Adis Suwardi (adis@lskk.ee.itb.ac.id)
Ibu Yati Suyati (yati@lskk.ee.itb.ac.id )
LabTek VIII Lt. 2
Lab. Sistem Kendali dan Komputer - Insititut Teknologi Bandung
Jl Ganesa 10 Bandung
Telp/Fax.: 022-2500960/ 022-2534217

Program Kerjasama dengan SEAMEO/SEAMOLEC.
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
Bpk. Khalid Mustafa (SEAMO/SEAMOLEC, secretariat@seamolec.org )
Komplek UT, Jl. Cabe Raya, Pondok Cabe, Pamulang, Jakarta 15418
Telp/Fax.: 021-7422184, 7423725,7424154 / 021-7422276

Direncanakan beberapa mahasiswa yang berprestasi akan mengerjakan Produk Akhir dan Tesisnya di beberapa Perguruan Tinggi di Korea dengan skema pembimbingan bersama. Program merupakan kerjasama antara STEI - ITB dan BPKLN (Beasiswa Unggulan) serta STEI-ITB dan SEAMO/SEAMOLEC.

Tipe Laki-Laki Sejati

Aku bertanya pada Bunda, bagaimana memilih Lelaki Sejati ?
Bunda menjawab, Nak..........
Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar,
Tetapi dari kasih sayangnya pada orang disekitarnya
Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang,
Tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran
Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya,
Tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa
Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia dihormati ditempat
bekerja,
Tetapi dari bagaimana dia dihormati di dalam rumah
Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan,
Tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan
Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang,
Tetapi dari hati yang ada dibalik itu
Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari banyaknya wanita yg memuja,
Tetapi komitmennya terhadap wanita yang dicintainya
Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari barbel yang dibebankan,
Tetapi dari tabahnya dia menghadapi lika-liku kehidupan
Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya membaca kitab suci,
Tetapi dari konsistennya dia menjalankan apa yang ia baca

Saran ku :
Ikhwan : Tetap jadi yang terbaik dengan sikap laki-laki sejati
Akhwat : Jangan salah pilih

Monday, November 10, 2008

Ini adalah foto-foto saat diriku berada di Surabaya. Hadirnya diriku di kota pahlawan bukan tanpa alasan, tapi aku mencoba memberikan yang terbaik buat Aceh, buat UNSYIAH, buat orang tuaku. ini adalah kenangan ku saat mengikuti Kompetisi karya Tulis Mahasiswa Bidang Lingkungan Hidup (KKTM-LH) yang diadakan oleh DIKTI dari 31-2 November 2008.

Semoga foto-foto ini memberikan kita inspirasi dan motivasi agar kita selalu berusaha memberikan yang terbaik dalam hal prestasi menulis.
aku, rian mengundang semua orang yang ingin berprestasi, yang ingin mengukir peta kehidupan dengan sepercik langkah kesuksesan.

Mari aku menunggu kalian saudaraku, aneuk-aneuk nanggroe. Mari kita ukir tinta emas untuk tanah rencong, tanah keliharan kita; Aceh dan UNSYIAH.


Mungkinkah menyampaikan Islam pada seseorang yang hanya punya waktu sekitar 30 menit? Jelas mungkin, karena Rasulullah pernah didatangi seorang Badui yang bertanya tentang Islam tanpa turun dari kudanya, dan orang Badui itu kemudian kembali ke kaumnya sebagai da'i. Rasulullah juga pernah dengan tiga alinea menerangkan Islam

Setiap agama yang ada, setiap organisasi, bahkan setiap negara, selalu memiliki asas pokok, yang akan menentukan tujuan yang harus dicapai serta langkah-langkah yang akan ditempuh, yang merupakan "Anggaran Dasar" bagi anggota atau pengikutnya.

Barang siapa ingin memasuki salah satu "organisasi" tadi, yang harus dilakukan pertama-tama adalah mempelajari "Anggaran Dasar"-nya. Kalau sesuai dengan jalan pikirannya dan yakin kebenarannya (tanpa keraguan), maka ia boleh mendaftar menjadi "anggota", dengan segala hak dan kewajibannya. Pokoknya bila sudah masuk, ia harus berbuat untuk "organisasi" dengan penuh keikhlasan, guna menunjukkan loyalitasnya, termasuk selalu menjaga nama baik "organisasi", dan tidak mengerjakan pekerjaan yang bertentangan dengan asas dan peraturan "organisasi".

Demikian juga Islam. Siapa yang ingin masuk Islam, pertama-tama ia harus menerima asas-asas aqliyah (asas-asas yang bisa diterima nalar) untuk kemudian menjadikannya sebagai keyakinan dasar (aqidah)

Keyakinan Dasar Dengan Nalar
Bila kita perhatikan, setiap benda di alam ini selalu memiliki awal atau selalu tergantung pada yang lain. Akal sehat kita mengatakan, bahwa kalau demikian tentu ada "sesuatu yang paling awal", yang tidak tergantung pada yang lain lagi. "Sesuatu" ini haruslah yang menciptakan semua yang lain, dan menjadikan semua yang lain itu tergantung padanya, atau pada keteraturan alam yang diciptakannya. Dan untuk itu "pencipta awal" ini tidak boleh sama dengan semua yang diciptakannya. Sang Pencipta inilah yang dalam konsep Islam disebut "Tuhan". Tuhan dalam konsep Islam adalah yang menciptakan langit dan bumi beserta segenap isinya, beserta segenap keteraturan di dalamnya. Dia tak tergantung pada apapun yang ia ciptakan, tak tergantung pada ruang dan waktu, dan karenanya memiliki kehendak mutlak. Apapun yang Dia inginkan, pasti terjadi.

Sesungguhnya setiap manusia juga memiliki naluri "membutuhkan Tuhan", walaupun tanpa konsep yang jelas. Dalam kondisi terjepit, atau dalam keadaan penuh dilemma, manusia membutuhkan "keajaiban" atau "cahaya" yang akan melepaskannya dari kesulitannya itu.

Tapi walaupun akal dan naluri manusia mengatakan Tuhan itu harus ada, namun Tuhan tidak bisa kita deteksi dengan panca-indera kita, karena Tuhan berbeda dengan semua ciptaan. Dia supra natural. Kita tidak mungkin mengenal Tuhan bila tidak Tuhan sendiri yang mengenalkan diri-Nya pada kita. Keadaan ini seperti kenyataan, bahwa setiap dari kita yakin punya seorang ibu, tapi bila ibu kita tidak mengenalkan dirinya, mustahil kita tahu, siapa ibu kita sesungguhnya, apalagi tahu apa keinginannya.

Tuhan mengenalkan dirinya dengan perantaraan seorang utusan. Utusan ini harus membawa suatu bukti, bahwa ia benar-benar utusan Tuhan. Dan kita hanya bisa yakin, bahwa bukti yang dibawanya memang dari Tuhan, bila hanya Tuhan yang mampu menciptakan bukti tersebut.

Salah satu utusan Tuhan (dan utusan yang terakhir) adalah Muhammad anak Abdullah, yang hidup di Makkah kira-kira tahun 571-632 Masehi. Bukti yang dia bawa adalah sebuah bacaan (Al-Qur'an). Bacaan ini ada dalam bahasa Arab dengan susunan kata yang sangat indah, yang berbeda dengan bacaan Arab yang pernah ada di manapun di dunia. Hanya ada tiga kemungkinan siapa yang menciptakan Al-Qur'an: satu: Muhammad sendiri; dua: orang-orang yang mengenal bahasa Arab; tiga: Tuhan, yakni Allah - seperti yang dikatakan oleh Muhammad sendiri.

Kemungkinan pertama ditolak, karena Muhammad adalah seorang yang buta sastra. Tidak mungkin seorang yatim piatu yang masa kecilnya cuma jadi gembala, dan tidak pernah mengenyam pendidikan sastra, bisa menulis suatu karya sastra seindah itu. Selain itu, bahasa Al-Qur'an sangat berbeda dengan bahasa yang dipakai Muhammad di dalam wejangan-wejangannya (yang kita kenal sebagai hadits). Tidak mungkin seorang merubah gaya bahasanya secara teratur dan rapi dalam kurun waktu hampir 23 tahun.

Kemungkinan kedua juga ditolak, karena di dalam Al-Quran sendiri ada tantangan, agar orang-orang Arab membuat bacaan saingan. Dan tantangan itu, hingga hari ini tidak pernah bisa dipenuhi. Maka tak ada kemungkinan lain, selain Al-Quran itu adalah ciptaan Allah, yang diwahyukan Allah pada Muhammad untuk menjadi bukti bahwa dia seorang utusan Allah, seorang pembawa ajaran atau risalah (sehingga disebut Rasul) dan seorang yang menyampaikan apa-apa yang akan terjadi di masa depan, baik masa depan yang "dekat", maupun masa depan yang "jauh" - yakni hari kiamat, dan apa yang terjadi di akherat. Karena menyampaikan "ramalan" atau nubuwwat ini, maka ia disebut Nabi.

Setelah yakin
Setelah kita yakin akan adanya Tuhan (Allah), dan yakin bahwa Allah mewahyukan bacaan (Al-Qur'an), maka konsekuensinya, kita harus yakin bahwa apa yang ada di Al-Qur'an adalah benar, karena semua datang dari Allah, Yang menciptakan semua mahluq (termasuk manusia), Yang menentukan sifat-sifatnya, dan Maha Tahu atas segala yang terjadi di masa lalu maupun yang akan terjadi di masa datang.

Hal ini seperti seorang pasien yang yakin pada keahlian dokter spesialisnya, sehingga percaya apa kata dokter itu, serta menuruti semua nasehatnya, bila ia ingin sembuh. Atau seperti seorang ahli nuklir yang yakin kebenaran detektor nuklirnya, sehingga harus segera berbuat sesuatu bila detektor itu mencatat suatu harga radiasi, meskipun dia tidak melihat radiasi itu. Keyakinan akan alat-alat ini pula yang membuat seorang astronom percaya adanya galaksi, atau seorang geolog percaya ada minyak di kedalaman ribuan meter di bawah tanah, dan seorang biolog percaya adanya dinosaurus di masa lampau.

Iman
Bagi seorang muslim, alat tersebut adalah Al-Qur'an. Dari Al-Qur'an seorang muslim tahu sifat-sifat Allah, tahu untuk apa ia menciptakan manusia, sehingga tahu pula apa yang diperintahkan Allah pada manusia; pula tahu bahwa Allah menciptakan mahluk halus yang bernama malaikat, jin dan iblis, tahu bahwa sebelum Muhammad Allah pernah menurunkan Nabi dan Rasul pada setiap bangsa, seperti Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dsb, tahu keadaan, mukjizat serta kitab-kitab yang diberikan Allah pada mereka; juga tahu akan datangnya hari kiamat sebagai hari pembalasan, termasuk adanya surga dan neraka; juga tahu adanya nasib dan taqdir yang ditentukan Allah atas seluruh mahluknya, meskipun tiap manusia diberi akal dan dalam batas tertentu memiliki kemerdekaan memilih. Semua hal ini disebut dengan rukun iman. Jadi, iman dalam agama Islam adalah suatu hal yang dipercaya karena adanya keyakinan dasar, yang dibangun lewat nalar.

Iman itu ada di dalam hati. Sedang manusia tidak bisa membaca apa yang ada di dalam hati. Karena itu, seorang yang beriman harus mengumumkan keimanannya dengan membuat suatu kesaksian. Kesaksian ini disebut syahadat.

Asyhadu alla ilaa ha illallah -
Wa asy hadu anna Muhammadar rasulullah.

"Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah"
Dengan demikian, orang itu resmi menjadi muslim, dengan segala hak dan kewajibannya di masyarakat.

Islam
Setelah syahadat, maka ia terkena kewajiban berikut: Pertama, Shalat, yaitu cara bersyukur, mendekatkan diri dan berdoa kepada Allah. Sebelumnya ia harus bersuci (wudhu atau mandi bila perlu). Shalat yang wajib ada 5 kali sehari, shubuh sebelum matahari terbit sebanyak 2 rakaat, Dhuhur setelah tengah hari: 4 rakaat, Ashar setelah matahari miring: 4 rakaat, Magrib setelah matahari terbenam: 3 rakaat, dan Isya di awal malam: 4 rakaat. Setiap shalat paling cuma perlu waktu sekitar 5 menit. Shalat bisa dilakukan di mana saja, asal bersih dari najis. Ibadah seorang muslim kepada Tuhannya dilakukan langsung, tanpa perantara.

Kedua: selama sebulan tertentu, seorang muslim mempercepat sarapan paginya ke akhir malam (sebelum fajar), dan memperlambat makan siangnya hingga terbenam matahari. Siang hari tidak makan, minum, merokok atau bercampur dengan istrinya. Jadilah bulan itu bulan latihan, bulan pembersihan jiwa, pengistirahatan pencernaan dan peningkatan kesehatan. Inilah bulan puasa Ramadhan.

Ketiga: apabila ia telah punya penghasilan sendiri, dan berlebih untuk keperluan pokok pribadi dan keluarganya, dan mencapai jumlah minimal tertentu, maka ia wajib mengeluarkan 2,5% untuk dibagikan kepada fakir-miskin dan orang-orang yang berhak menerima. Baginya itu tidak akan memberatkan, hartanya justru akan dilipatgandakan oleh Allah, karena ia melakukan solidaritas sosial. Inilah zakat

Keempat: agama mengatur pertemuan rutin bagi masyarakat muslim. Lima kali sehari setiap shalat wajib, bisa dilakukan bersama (shalat jama'ah) dalam serumah atau sekantor. Walau tiap pertemuan mungkin hanya seperempat jam, dan tidak akan mengganggu jam kerja, namun manfaatnya dalam menjaga tali persaudaraan sangat luar biasa. Kemudian pertemuan "se-desa" yang harus dilakukan lelaki dewasa seminggu sekali, yakni shalat Jum'at. Lalu di tingkat kota setahun dua kali, yakni shalat Ied (hari raya Fitri dan hari raya Qurban). Sesudah itu ada pertemuan akbar sedunia, yang setiap muslim hanya diwajibkan sekali seumur hidupnya, bila ia mampu. Inilah yang dinamakan ibadah haji.

Inilah sejumlah ibadat pokok. Di samping itu, yang termasuk ibadat adalah semua hal yang dilakukan secara sadar dengan memperhatikan halal (boleh) dan haram (terlarang) dalam islam. Makan minum, olahraga, menuntut ilmu, bekerja cari uang, berbicara dengan orang, bahkan hubungan sex pun bisa jadi ibadah, asal memperhatikan halal-haramnya.

Jika seorang muslim terlanjur melanggar larangan Allah, atau tidak penuh melaksanakan kewajibannya, lalu sadar kekeliruannya dan bertaubat, maka Allah akan mengampuninya. Bila ia tidak bertaubat, maka ia tetap diakui sebagai muslim, tapi muslim yang ingkar dan berdosa, dan pantas mendapat azab di akherat. Namun azabnya tidak kekal seperti pada seorang kafir. Seorang kafir adalah yang mengingkari dasar aqidah, meragukan kebenarannya atau menentang peraturan Islam yang telah disepakati. Seorang muslim yang kembali kafir akan disebut murtad. Sedang seorang yang hanya pura-pura muslim, mungkin juga pura-pura syahadat, shalat bahkan naik haji, tapi semua ini hanya kedok untuk merusak ummat Islam, maka ia disebut munafiq. Orang munafiq tempatnya nanti ada di dasar neraka.

Ihsan
Jika seseorang sudah mengerjakan rukun Iman dan rukun Islam tadi, maka ia adalah muslim-mukmin. Akan tetapi buah dari iman belum akan ia rasakan. Dia belum akan menjadi muslim yang sempurna sebelum menjalani kehidupan sebagai muslim yang mukmin, yakni selalu ingat dan sadar, baik di waktu berdiri ataupun duduk, waktu seorang diri ataupun di tempat ramai, di semua keadaan dan situasi, bahwa Allah selalu memperhatikannya. Seorang muslim tidak berbuat maksiat, karena ia yakin Allah selalu melihatnya, ia tidak takut pada siapapun, dan tidak pernah putus asa, karena tahu Allah bersamanya. Tiap ada rejeki, dia tak terus lupa diri, dan tiap ada bencana, dia tidak berprasangka buruk pada Allah.

Engkau sembah Allah seolah engkau melihat-Nya, jikapun engkau tidak melihat-Nya, namun Dia tetap melihatmu.

Keimanan Dengan Logika

Keimanan adalah keyakinan, yang dalam Islam wajib dicapai dengan penuh kesadaran dan pengertian, karena hanya dengan inilah kesetiaan tunggal pada Islam (tauhid) bisa diharapkan, seperti halnya seorang fisikawan yang telah yakin akan keakuratan instrumennya, sehingga ia pun segera berbuat sesuatu, begitu instrumen itu mengabarkan existensi radiasi atom yang tidak pernah bisa dideteksi oleh indera fisikawan itu sendiri.


Fitrah Manusia
Sejak adanya manusia, manusia memiliki berbagai ciri-ciri (fitrah) yang membedakannya dari mahluk lain. Manusia memiliki intuisi untuk memilih dan tidak mau menyerah pada hukum-hukum alam begitu saja. Ma¬nusia bisa mengerjakan sesuatu yang berlawanan dengan nalurinya, misal makan meski sudah kenyang (karena menghormati tuan rumah), atau tidak melawan meski disakiti (karena men¬jaga perasaan orang). Hal ini tidak ada pada binatang. Seekor kucing yang sudah kenyang tak mau lagi mencicipi makanan yang enak sekali¬pun.


Manusia memiliki kemampuan mewariskan kepada manusia lain (atau keturunannya) hal-hal baru yang telah dipelajarinya. Inilah asal peradaban manusia. Hal ini tidak terdapat pada binatang. Seekor kera yang terlatih main musik dalam circus tidak akan mampu melatih kera lainnya. Seekor kera hanya bisa melatih seekor anak kera pada hal-hal yang memang nalu¬rinya (memanjat, mencari buah). Kesamaan manusia dengan bina¬tang hanya pada kebutuhan eksistensi¬alnya (makan, minum, istirahat dan melanjutkan keturunan.

Manusia Mencari Hakekat Hidupnya
Manusia yang telah terpenuhi kebu¬tuhan eksistensialnya akan mulai mempertanyakan, untuk apa sebenarnya hidup itu. Hal ini karena manusia memiliki kebe¬basan memilih, mau hidup atau mati. Karena faktor non naluriahnya, manu¬sia bisa putus asa dan bunuh diri, sementara tidak ada binatang yang bunuh diri kecuali hal itu dilaku¬kannya dalam rangka memper¬tahankan eksistensinya juga (pada lebah misalnya). Pertanyaan tentang hakekat hidup ini yang memberi warna pada kehidu¬pan manusia, yang tercermin dalam kebudayaan, yang digunakannya untuk mencapai kepuasan ruhaninya.

Manusia Membutuhkan Tuhan
Dalam kondisi gawat yang meng¬ancam eksistensinya (misalnya ter¬hempas ombak di tengah samudra, sementara pertolongan hampir musta¬hil diharapkan), fitrah manusia akan menyuruh untuk mengharapkan suatu keajaiban.

Demikian juga ketika seseorang sedang dihadapkan pada persoalan yang sulit, sementara pendapat dari manusia lainnya ber¬beda-beda, ia akan mengharapkan petunjuk yang jelas yang bisa dipe¬gangnya. Bila manusia tersebut menemukan seseorang yang bisa di¬percayainya, maka dalam kondisi dilematis ini ia cenderung merujuk pada tokoh idolanya itu. Dalam kondisi seperti ini, setiap manusia cenderung mencari "sesembahan". Mungkin pada kasus pertama, sesembahan itu berupa dewa laut atau sebuah jimat pusaka. Pada kasus kedua, "sesembahan" itu bisa berupa raja (pepunden), bisa juga berupa tokoh filsafat, pemimpin revolusi bahkan seorang dukun yang sakti.

Tanda-Tanda Eksistensi Tuhan
Di luar masalah di atas, perhatian manusia terhadap alam sekitarnya membuatnya bertanya, "Mengapa bumi dan langit bisa sehebat ini, bagaimana jaring-jaring kehidupan (ekologi) bisa secermat ini, apa yang membuat se¬milyar atom bisa berinteraksi dengan harmoni, dan dari mana hukum-hu¬kum alam bisa seteratur ini". Pada masa lalu, keterbatasan pengetahuan manusia sering membuat mereka cepat lari pada "sesembahan" mereka setiap ada fenomena yang tak bisa mereka mengerti (misal petir, gerhana matahari). Kemajuan ilmu pengetahuan alam kemudian mampu mengungkap cara kerja alam, namun tetap tidak mampu memberikan ja¬waban, mengapa semua bisa terjadi.

Ilmu alam yang pokok penye¬lidikannya materi, tak mampu men¬dapatkan jawaban itu pada alam, ka¬rena keteraturan tadi tidak melekat pada materi. Contoh yang jelas ada pada peristiwa kematian. Meski be-berapa saat setelah kematian, materi pada jasad tersebut praktis belum berubah, tapi keteraturan yang mem¬buat jasad tersebut bertahan, telah punah, sehingga jasad itu mulai mem¬busuk.

Bila di masa lalu, orang mengem¬balikan setiap fenomena alam pada suatu "sesembahan" (petir pada dewa petir, matahari pada dewa matahari), maka seiring dengan kemajuannya, sampailah manusia pada suatu fikiran, bahwa pasti ada "sesuatu" yang di be¬lakang itu semua, "sesuatu" yang di belakang dewa petir, dewa laut atau dewa matahari, "sesuatu" yang di bela¬kang semua hukum alam.
"Sesuatu" itu, bila memiliki sifat-sifat ini:
  1. Maha Kuasa
  2. Tidak tergantung pada yang lain
  3. Tak dibatasi ruang dan waktu
  4. Memiliki keinginan yang absolut
maka dia adalah Tuhan, dan berdasar¬kan sifat-sifat tersebut tidak mungkin zat tersebut lebih dari satu, karena dengan demikian berarti satu sifat akan tereliminasi karena bertentangan dengan sifat yang lain.

Tuhan Berkomunikasi Via Utusan
Kemampuan berfikir manusia tidak mungkin mencapai zat Tuhan. Manu¬sia hanya memiliki waktu hidup yang terhingga. Jumlah materi di alam ini juga terhingga. Dan karena jumlah kemungkinannya juga terhingga, maka manusia hanya memiliki kemampuan berfikir yang terhingga. Sedangkan zat Tuhan adalah tak terhingga (infinity). Karena itu, manusia hanya mungkin memikirkan sedikit dari "jejak-jejak" eksistensi Tuhan di alam ini. Adalah percuma, memikirkan se¬suatu yang di luar "perspektif" kita.

Karena itu, bila tidak Tuhan sendiri yang menyatakan atau "memperkenalkan" diri-Nya pada manusia, mustahil manusia itu bisa mengenal Tuhannya dengan benar. Ada manusia yang "disapa" Tuhan un¬tuk dirinya sendiri, namun ada juga yang untuk dikirim kepada manusia-manusia lain. Hal ini karena ke-banyakan manusia memang tidak siap untuk "disapa" oleh Tuhan.

Utusan Tuhan Dibekali Tanda-Tanda

Tuhan mengirim kepada manusia utusan yang dilengkapi dengan tanda-tanda yang cuma bisa berasal dari Tu¬han. Dari tanda-tanda itulah manusia bisa tahu bahwa utusan tadi memang bisa dipercaya untuk menyampaikan hal-hal yang sebelumnya tidak mung¬kin diketahuinya dari sekedar meng¬amati alam semesta. Karena itu perhatian yang akan kita curahkan adalah menguji, apakah tanda-tanda utusan tadi memang autentik (asli) atau tidak.

Pengujian autentitas inilah yang sangat penting sebelum kita bisa mempercayai hal-hal yang nantinya hanyalah konsekuensi logis saja. Ibarat seorang ahli listrik yang tugas ke lapangan, ten¬tunya ia telah menguji avo¬meternya, dan ia telah yakin, bahwa avometer itu bekerja dengan benar pada laboratorium ujinya, sehingga bila di lapangan ia dapatkan hasil ukur yang sepintas tidak bisa dijelaskanpun, dia harus percaya alat itu. Seorang fisikawan adalah seorang manusia biasa, yang dengan matanya tak mungkin melihat atom. Tapi bila ia yakin pada instrumentasinya, maka ia harus me¬nerima apa adanya, bila instrumen ter¬sebut mengabarkan jumlah radiasi yang melebihi batas, sehingga misal¬nya reaktor nuklirnya harus segera di¬matikan dulu.

Karena yakin akan autentitas peralatannya, seorang astronom percaya adanya galaksi, tanpa perlu terbang ke ruang angkasa, seorang geolog percaya adanya minyak di kedalaman 2000 meter, tanpa harus masuk sendiri ke dalam bumi, dan seorang biolog percaya adanya dinosaurus, tanpa harus pergi ke zaman purba.

Keyakinan pada autentitas inilah yang disebut "iman". Sebenarnya tak ada bedanya, antara "iman" pada au¬tentitas tanda-tanda utusan Tuhan, dengan "iman"-nya seorang fisikawan pada instrumennya. Semuanya bisa diuji. Karena bila di dunia fisika ada alat yang bekerjanya tidak stabil se¬hingga tidak bisa dipercaya, ada pula orang yang mengaku utusan Tuhan tapi tanda-tanda yang dibawanya tidak kuat, sehingga tidak pula bisa di¬percaya.

Menguji Autentitas Tanda-Tanda Dari Tuhan
Tanda-tanda dari Tuhan itu hanya autentis bila menunjukkan keung¬gulan absolut, yang hanya dimungkin-kan oleh kehendak penciptanya (yaitu Tuhan sendiri). Sesuai dengan za¬mannya, keunggulan tadi tidak tertan¬dingi oleh peradaban yang ada. Dan orang pembawa keunggulan itu tidak mengakui hal itu sebagai keah¬liannya, namun mengatakan bahwa itu dari Tuhan !!!

Pada zaman Nabi Musa, ketika il¬mu sihir sedang jaya-jayanya, Nabi Musa yang diberi keunggulan menga-lahkan semua ahli sihir, justru menga¬takan bahwa ia tidak belajar sihir, na¬mun semuanya itu hanya karena ijin Tuhan semata.

Demikian juga Nabi Isa, yang menyembuhkan penyakit yang tidak bisa disembuhkan, meski masyarakat-nya merupakan yang termaju dalam ilmu pengobatan pada masanya. Toh Nabi Isa hanya mengatakan semua itu karena kekuasaan Tuhan semata, dan ia bukan seorang tabib. Dan Nabi Muhammad? Tanda-tanda beliau sebagai utusan yang utama adalah Al-Quran. Pada saat itu Mekkah merupakan pusat kesu-sasteraan Arab, tempat para sastrawan top mengadu kebolehannya. Dan mes¬ki pada saat itu semua orang takjub pada keindahan ayat-ayat Al-Quran yang jauh mengungguli semua puisi dan prosa yang pernah ada, Nabi Mu¬hammad hanya mengatakan, ayat itu bukan bikinannya, tapi datangnya dari Allah.

Itu 14 abad yang lalu. Pada masa kini, ketika ilmu alam berkembang pe¬sat, terbukti pula, bahwa kitab Al-Quran begitu teliti. Tidak ada ayat yang saling bertentangan satu sama lain. Dan tak ada pula ayat Al-Quran yang tidak sesuai dengan fakta-fakta ilmu alam.
Di sisi lain, fenomena pembawa ajaran itu juga menunjukkan sisi au¬tentitasnya. Meski mereka:
  1. orang biasa yang tidak memiliki kekuatan dan kekuasaan, juga tidak join dengan penguasa atau yang bisa menjamin kesuk¬sesannya;
  2. menyebarkan ajaran yang melawan arus, bertentangan dengan tradisi yang lazim di masyarakatnya
mereka berhasil dengan ajarannya, dan keberhasilan ini sudah diramalkan le¬bih dulu pula, dan semua itu dika¬takannya karena Tuhanlah yang menolongnya.

Konsekuensi Setelah Meyakini Au¬tentitas Tanda-Tanda Kenabian Muhammad
Setelah kita menguji autentitas tanda-tanda kenabian Muhammad dengan menggunakan segala piranti logika yang kita miliki, dan kita yakin bahwa itu asli berasal dari Tuhan, maka kita harus menerima apa adanya yang disebutkan oleh kitab Al-Quran maupun oleh hadits yang memang te¬ruji autentis berasal dari Muhammad. Dan ajaran Nabi Muhammad saw ini adalah satu-satunya ajaran autentis dari Allah, yang diturunkan kepada penutup para utusan, tidak tertuju ke satu bangsa saja, tapi ke seluruh umat manusia, sampai akhir zaman.

Tetaplah Tersenyum Kawan

Bila kondisi hari ini masih seperti kemarin di mana harapan belum menjelma menjadi nyata, dimana nilai ujian yang kita cita-cita kan belum tercapai. Tetaplah tersenyum. Bukan berarti Allah mengabaikan doa-doa kita. Kita tahu, Allah adalah Dzat Yang Maha Mengabulkan doa-doa hamba-Nya.

“Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkannya…” (QS Al mu’min : 60).


Tak ada yang dapat meragukan janji-Nya. Doa kepada-Nya ibarat sebuah investasi. Tak akan pernah membuat investornya merugi. Karena penjaminnya adalah Dzat Yang Maha Pemurah, Yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Dzat Yang Maha Welas Asih itu, tak akan pernah ingkar janji. Tidak akan sia-sia munajat yang kita mohonkan pada-Nya, baik di waktu siang apalagi di sepertiga malam. Ketika lebih banyak makhluk-Nya pulas, dalam dekapan dinginnya malam dan hangatnya selimut tebal. Bila belum ada perubahan berarti tentang rencana-rencana kita, tetaplah tersenyum. Allah lebih mengetahui apa-apa yang baik untuk kita. Yakinlah, bahwa:

“Sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah pasti akan datang, maka janganlah kalian minta untuk disegerakan.” (QS An Nahl : 1).

Allah Maha Mengetahui kapan sesuatu pas untuk kita, baik dalam sisi timing maupun momentnya. Allah, Pencipta alam raya ini, adalah sutradara hebat, yang tidak akan membiarkan kita terpuruk dalam keburukan. Selama kita yakin akan kekuasaan-Nya, yakin akan kasih sayang-Nya. Jika semua serasa seperti biasanya, tak ada kemajuan berarti. Tetaplah juga tersenyum. Allah punya cara sendiri untuk membuat kita senantiasa dekat dengan-Nya. Mungkin, semua ini dibuat-Nya untuk kita agar kita senantiasa hanyut dalam sujud-sujud panjang di penghujung malam. Senantiasa larut dalam tangis penuh harap, dalam buaian doa-doa panjang nan khuyuk.

Semua tak akan tersia-sia begitu saja. Allah, mencatat setiap upaya yang kita lakukan dan doa yang kita panjatkan. Segala sesuatu yang kita perbuat, sekecil apa pun itu, akan menuai balasan di sisi-Nya kelak. Niatkan semuanya hanya untuk meraih ridha-Nya, agar perjuangan hebat ini tak hanya bermakna sementara. Insya Allah kita akan memetik buahnya kelak, di waktu yang telah Ia tentukan.

Dunia ini fana. Tak ada yang kekal didalamnya. Pun perjuangan ini, pengorbanan ini, juga kesulitan ini. InsyaAllah, suatu hari nanti, harapan akan berbuah kebahagiaan. Akan menjelma menjadi kemudahan. Karena, sekali lagi, Allah telah menjamin:


“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS Al Insyirah : 5)

Tetaplah berbaik sangka kepada-Nya. Tetaplah berharap sepenuh hati kepada-Nya. Tetaplah gantungkan asa setinggi apa pun itu, hanya kepada-Nya. Sekali lagi, hanya kepada-Nya.

“Sesungguhnya, rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al A’raf : 56)

“…Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS Yusu f: 87).

Dan, jika akhirnya harapan tidak menjelma seperti yang kita idamkan, tetaplah terus berbaik sangka kepada Tuhan Yang Maha Mengetahui. Karena,

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS Al Baqarah: 216).

Teruslah berjuang. Demi sebuah azzam yang dipancangkan untuk meraih ridho Ilahi Robbi.
Wallohua’lam bishshowwab.

 
rianprestasi.blogspot.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com