“Ukir Prestasi, Raih Jati Diri Dengan Usaha, Rasa Cinta, dan Penuh Keikhlasan Kepada-Nya [U Can, If U Think U Can]"

Monday, November 10, 2008

Mengenal Islam Dalam 30 Menit

Mungkinkah menyampaikan Islam pada seseorang yang hanya punya waktu sekitar 30 menit? Jelas mungkin, karena Rasulullah pernah didatangi seorang Badui yang bertanya tentang Islam tanpa turun dari kudanya, dan orang Badui itu kemudian kembali ke kaumnya sebagai da'i. Rasulullah juga pernah dengan tiga alinea menerangkan Islam

Setiap agama yang ada, setiap organisasi, bahkan setiap negara, selalu memiliki asas pokok, yang akan menentukan tujuan yang harus dicapai serta langkah-langkah yang akan ditempuh, yang merupakan "Anggaran Dasar" bagi anggota atau pengikutnya.

Barang siapa ingin memasuki salah satu "organisasi" tadi, yang harus dilakukan pertama-tama adalah mempelajari "Anggaran Dasar"-nya. Kalau sesuai dengan jalan pikirannya dan yakin kebenarannya (tanpa keraguan), maka ia boleh mendaftar menjadi "anggota", dengan segala hak dan kewajibannya. Pokoknya bila sudah masuk, ia harus berbuat untuk "organisasi" dengan penuh keikhlasan, guna menunjukkan loyalitasnya, termasuk selalu menjaga nama baik "organisasi", dan tidak mengerjakan pekerjaan yang bertentangan dengan asas dan peraturan "organisasi".

Demikian juga Islam. Siapa yang ingin masuk Islam, pertama-tama ia harus menerima asas-asas aqliyah (asas-asas yang bisa diterima nalar) untuk kemudian menjadikannya sebagai keyakinan dasar (aqidah)

Keyakinan Dasar Dengan Nalar
Bila kita perhatikan, setiap benda di alam ini selalu memiliki awal atau selalu tergantung pada yang lain. Akal sehat kita mengatakan, bahwa kalau demikian tentu ada "sesuatu yang paling awal", yang tidak tergantung pada yang lain lagi. "Sesuatu" ini haruslah yang menciptakan semua yang lain, dan menjadikan semua yang lain itu tergantung padanya, atau pada keteraturan alam yang diciptakannya. Dan untuk itu "pencipta awal" ini tidak boleh sama dengan semua yang diciptakannya. Sang Pencipta inilah yang dalam konsep Islam disebut "Tuhan". Tuhan dalam konsep Islam adalah yang menciptakan langit dan bumi beserta segenap isinya, beserta segenap keteraturan di dalamnya. Dia tak tergantung pada apapun yang ia ciptakan, tak tergantung pada ruang dan waktu, dan karenanya memiliki kehendak mutlak. Apapun yang Dia inginkan, pasti terjadi.

Sesungguhnya setiap manusia juga memiliki naluri "membutuhkan Tuhan", walaupun tanpa konsep yang jelas. Dalam kondisi terjepit, atau dalam keadaan penuh dilemma, manusia membutuhkan "keajaiban" atau "cahaya" yang akan melepaskannya dari kesulitannya itu.

Tapi walaupun akal dan naluri manusia mengatakan Tuhan itu harus ada, namun Tuhan tidak bisa kita deteksi dengan panca-indera kita, karena Tuhan berbeda dengan semua ciptaan. Dia supra natural. Kita tidak mungkin mengenal Tuhan bila tidak Tuhan sendiri yang mengenalkan diri-Nya pada kita. Keadaan ini seperti kenyataan, bahwa setiap dari kita yakin punya seorang ibu, tapi bila ibu kita tidak mengenalkan dirinya, mustahil kita tahu, siapa ibu kita sesungguhnya, apalagi tahu apa keinginannya.

Tuhan mengenalkan dirinya dengan perantaraan seorang utusan. Utusan ini harus membawa suatu bukti, bahwa ia benar-benar utusan Tuhan. Dan kita hanya bisa yakin, bahwa bukti yang dibawanya memang dari Tuhan, bila hanya Tuhan yang mampu menciptakan bukti tersebut.

Salah satu utusan Tuhan (dan utusan yang terakhir) adalah Muhammad anak Abdullah, yang hidup di Makkah kira-kira tahun 571-632 Masehi. Bukti yang dia bawa adalah sebuah bacaan (Al-Qur'an). Bacaan ini ada dalam bahasa Arab dengan susunan kata yang sangat indah, yang berbeda dengan bacaan Arab yang pernah ada di manapun di dunia. Hanya ada tiga kemungkinan siapa yang menciptakan Al-Qur'an: satu: Muhammad sendiri; dua: orang-orang yang mengenal bahasa Arab; tiga: Tuhan, yakni Allah - seperti yang dikatakan oleh Muhammad sendiri.

Kemungkinan pertama ditolak, karena Muhammad adalah seorang yang buta sastra. Tidak mungkin seorang yatim piatu yang masa kecilnya cuma jadi gembala, dan tidak pernah mengenyam pendidikan sastra, bisa menulis suatu karya sastra seindah itu. Selain itu, bahasa Al-Qur'an sangat berbeda dengan bahasa yang dipakai Muhammad di dalam wejangan-wejangannya (yang kita kenal sebagai hadits). Tidak mungkin seorang merubah gaya bahasanya secara teratur dan rapi dalam kurun waktu hampir 23 tahun.

Kemungkinan kedua juga ditolak, karena di dalam Al-Quran sendiri ada tantangan, agar orang-orang Arab membuat bacaan saingan. Dan tantangan itu, hingga hari ini tidak pernah bisa dipenuhi. Maka tak ada kemungkinan lain, selain Al-Quran itu adalah ciptaan Allah, yang diwahyukan Allah pada Muhammad untuk menjadi bukti bahwa dia seorang utusan Allah, seorang pembawa ajaran atau risalah (sehingga disebut Rasul) dan seorang yang menyampaikan apa-apa yang akan terjadi di masa depan, baik masa depan yang "dekat", maupun masa depan yang "jauh" - yakni hari kiamat, dan apa yang terjadi di akherat. Karena menyampaikan "ramalan" atau nubuwwat ini, maka ia disebut Nabi.

Setelah yakin
Setelah kita yakin akan adanya Tuhan (Allah), dan yakin bahwa Allah mewahyukan bacaan (Al-Qur'an), maka konsekuensinya, kita harus yakin bahwa apa yang ada di Al-Qur'an adalah benar, karena semua datang dari Allah, Yang menciptakan semua mahluq (termasuk manusia), Yang menentukan sifat-sifatnya, dan Maha Tahu atas segala yang terjadi di masa lalu maupun yang akan terjadi di masa datang.

Hal ini seperti seorang pasien yang yakin pada keahlian dokter spesialisnya, sehingga percaya apa kata dokter itu, serta menuruti semua nasehatnya, bila ia ingin sembuh. Atau seperti seorang ahli nuklir yang yakin kebenaran detektor nuklirnya, sehingga harus segera berbuat sesuatu bila detektor itu mencatat suatu harga radiasi, meskipun dia tidak melihat radiasi itu. Keyakinan akan alat-alat ini pula yang membuat seorang astronom percaya adanya galaksi, atau seorang geolog percaya ada minyak di kedalaman ribuan meter di bawah tanah, dan seorang biolog percaya adanya dinosaurus di masa lampau.

Iman
Bagi seorang muslim, alat tersebut adalah Al-Qur'an. Dari Al-Qur'an seorang muslim tahu sifat-sifat Allah, tahu untuk apa ia menciptakan manusia, sehingga tahu pula apa yang diperintahkan Allah pada manusia; pula tahu bahwa Allah menciptakan mahluk halus yang bernama malaikat, jin dan iblis, tahu bahwa sebelum Muhammad Allah pernah menurunkan Nabi dan Rasul pada setiap bangsa, seperti Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dsb, tahu keadaan, mukjizat serta kitab-kitab yang diberikan Allah pada mereka; juga tahu akan datangnya hari kiamat sebagai hari pembalasan, termasuk adanya surga dan neraka; juga tahu adanya nasib dan taqdir yang ditentukan Allah atas seluruh mahluknya, meskipun tiap manusia diberi akal dan dalam batas tertentu memiliki kemerdekaan memilih. Semua hal ini disebut dengan rukun iman. Jadi, iman dalam agama Islam adalah suatu hal yang dipercaya karena adanya keyakinan dasar, yang dibangun lewat nalar.

Iman itu ada di dalam hati. Sedang manusia tidak bisa membaca apa yang ada di dalam hati. Karena itu, seorang yang beriman harus mengumumkan keimanannya dengan membuat suatu kesaksian. Kesaksian ini disebut syahadat.

Asyhadu alla ilaa ha illallah -
Wa asy hadu anna Muhammadar rasulullah.

"Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah"
Dengan demikian, orang itu resmi menjadi muslim, dengan segala hak dan kewajibannya di masyarakat.

Islam
Setelah syahadat, maka ia terkena kewajiban berikut: Pertama, Shalat, yaitu cara bersyukur, mendekatkan diri dan berdoa kepada Allah. Sebelumnya ia harus bersuci (wudhu atau mandi bila perlu). Shalat yang wajib ada 5 kali sehari, shubuh sebelum matahari terbit sebanyak 2 rakaat, Dhuhur setelah tengah hari: 4 rakaat, Ashar setelah matahari miring: 4 rakaat, Magrib setelah matahari terbenam: 3 rakaat, dan Isya di awal malam: 4 rakaat. Setiap shalat paling cuma perlu waktu sekitar 5 menit. Shalat bisa dilakukan di mana saja, asal bersih dari najis. Ibadah seorang muslim kepada Tuhannya dilakukan langsung, tanpa perantara.

Kedua: selama sebulan tertentu, seorang muslim mempercepat sarapan paginya ke akhir malam (sebelum fajar), dan memperlambat makan siangnya hingga terbenam matahari. Siang hari tidak makan, minum, merokok atau bercampur dengan istrinya. Jadilah bulan itu bulan latihan, bulan pembersihan jiwa, pengistirahatan pencernaan dan peningkatan kesehatan. Inilah bulan puasa Ramadhan.

Ketiga: apabila ia telah punya penghasilan sendiri, dan berlebih untuk keperluan pokok pribadi dan keluarganya, dan mencapai jumlah minimal tertentu, maka ia wajib mengeluarkan 2,5% untuk dibagikan kepada fakir-miskin dan orang-orang yang berhak menerima. Baginya itu tidak akan memberatkan, hartanya justru akan dilipatgandakan oleh Allah, karena ia melakukan solidaritas sosial. Inilah zakat

Keempat: agama mengatur pertemuan rutin bagi masyarakat muslim. Lima kali sehari setiap shalat wajib, bisa dilakukan bersama (shalat jama'ah) dalam serumah atau sekantor. Walau tiap pertemuan mungkin hanya seperempat jam, dan tidak akan mengganggu jam kerja, namun manfaatnya dalam menjaga tali persaudaraan sangat luar biasa. Kemudian pertemuan "se-desa" yang harus dilakukan lelaki dewasa seminggu sekali, yakni shalat Jum'at. Lalu di tingkat kota setahun dua kali, yakni shalat Ied (hari raya Fitri dan hari raya Qurban). Sesudah itu ada pertemuan akbar sedunia, yang setiap muslim hanya diwajibkan sekali seumur hidupnya, bila ia mampu. Inilah yang dinamakan ibadah haji.

Inilah sejumlah ibadat pokok. Di samping itu, yang termasuk ibadat adalah semua hal yang dilakukan secara sadar dengan memperhatikan halal (boleh) dan haram (terlarang) dalam islam. Makan minum, olahraga, menuntut ilmu, bekerja cari uang, berbicara dengan orang, bahkan hubungan sex pun bisa jadi ibadah, asal memperhatikan halal-haramnya.

Jika seorang muslim terlanjur melanggar larangan Allah, atau tidak penuh melaksanakan kewajibannya, lalu sadar kekeliruannya dan bertaubat, maka Allah akan mengampuninya. Bila ia tidak bertaubat, maka ia tetap diakui sebagai muslim, tapi muslim yang ingkar dan berdosa, dan pantas mendapat azab di akherat. Namun azabnya tidak kekal seperti pada seorang kafir. Seorang kafir adalah yang mengingkari dasar aqidah, meragukan kebenarannya atau menentang peraturan Islam yang telah disepakati. Seorang muslim yang kembali kafir akan disebut murtad. Sedang seorang yang hanya pura-pura muslim, mungkin juga pura-pura syahadat, shalat bahkan naik haji, tapi semua ini hanya kedok untuk merusak ummat Islam, maka ia disebut munafiq. Orang munafiq tempatnya nanti ada di dasar neraka.

Ihsan
Jika seseorang sudah mengerjakan rukun Iman dan rukun Islam tadi, maka ia adalah muslim-mukmin. Akan tetapi buah dari iman belum akan ia rasakan. Dia belum akan menjadi muslim yang sempurna sebelum menjalani kehidupan sebagai muslim yang mukmin, yakni selalu ingat dan sadar, baik di waktu berdiri ataupun duduk, waktu seorang diri ataupun di tempat ramai, di semua keadaan dan situasi, bahwa Allah selalu memperhatikannya. Seorang muslim tidak berbuat maksiat, karena ia yakin Allah selalu melihatnya, ia tidak takut pada siapapun, dan tidak pernah putus asa, karena tahu Allah bersamanya. Tiap ada rejeki, dia tak terus lupa diri, dan tiap ada bencana, dia tidak berprasangka buruk pada Allah.

Engkau sembah Allah seolah engkau melihat-Nya, jikapun engkau tidak melihat-Nya, namun Dia tetap melihatmu.

0 komentar:

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Post a Comment

Silakan Tinggalkan Pesan di Blog Rian

 
rianprestasi.blogspot.com is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com